Tugas Keperawatan
Medikal Bedah
“Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Karsinoma Buli”
Dosen : Bambang
Hermanto S.Kep,Ns
Nama
Kelompok :
Adi
S
Anik
mafiroh
Ayu
dyanita
Deby
A
Devy
N
Izdihar
|
Dwi
may A
Dyah
yohana
Etik
wahyudiana
Fitria
siti
Renggayana
R
Nico
A
Yudho
W
|
Tingkat : IIA
Akademi Keperawatan
Pemkab. Ngawi
T.A 2015/2016
Karsinoma
buli-buli
1.1 Pengertian
Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli adalah
kanker yang mengenai kandung kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia
di atas 50 tahun (Nursalam, 2009).
Karsinoma buli-buli merupakan tumor
superfisial. Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina
phopria, otot & lemak perivesika yang
kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitar (Basuki B. Purnomo, 2000).
Carsinoma sel skuamosa groos hematuria
tanpa rasa sakit yaitu keluar air
kencing warna merah secara terus menerus
(Ilmu Keperawatan, 2007.com)
Tumor buli-buli adalah tumor yang
didapatkan dalam buli-buli atau kandung kemih (Ilmu bedah, 2008)
Tumor buli-buli adalah tumor buli-buli
yang dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (in situ), noduler
(infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
Dapat disimpulkan bahwa carsinoma
buli-buli adalah tumor yang didapatkan
pada buli-buli atau kandung kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air
kencing warna merah terus.
1.2 Klasifikasi
Staging dan
klasifikasi
Klasifikasi
DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL untuk menentukan operasi
atau observasi :
T =
pembesaran lokal tumor primer, ditentukan melalui :
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau transurethral reseksi.
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau transurethral reseksi.
NO
|
KODE
|
KET
|
1
|
Tis
|
Carcinoma
insitu (pre invasive Ca)
|
2
|
Tx
|
Cara
pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
|
3
|
To
|
Tanda-tanda
tumor primer tidak ada
|
4
|
T1
|
Pada
pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang bergerak
|
5
|
T2
|
Pada
pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli.
|
6
|
T3
|
Pada
pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular yang bergerak bebeas dapat
diraba di buli-buli.
|
7
|
T3a
|
Invasi
otot yang lebih dalam
|
8
|
T3b
|
Perluasan
lewat dinding buli-buli
|
9
|
T4
|
Tumor
sudah melewati struktur sebelahnya
|
10
|
T4a
|
Tumor
mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
|
11
|
T4b
|
Tumor
sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen
|
N =
Pembesaran secara klinis untuk pemebesaran kelenjar limfe pemeriksaan kinis,
lympgraphy, urography, operative
NO
|
KODE
|
KET
|
1
|
Nx
|
Minimal
yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat ditemukan
|
2
|
No
|
Tanpa
tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional
|
3
|
N1
|
Pembesaran
tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
|
4
|
N2
|
Pembesaran
kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional yang multiple
|
5
|
N3
|
Masa yang
melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang bebeas antaranya dan tumor
|
6
|
N4
|
Pemebesaran
kelenjar lymfe juxta regional
|
M =
metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh. Pemeriksaan
klinis, thorax foto, dan test biokimia
NO
|
KODE
|
KET
|
1
|
Mx
|
Kebutuhan
cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya metastase jauh, tak dapat
dilaksanakan
|
2
|
M1
|
Adanya
metastase jauh
|
3
|
M1a
|
Adanya
metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
|
4
|
M1b
|
Metastase
tunggal dalam satu organ yang tunggal
|
5
|
M1c
|
Metastase
multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
|
6
|
M1d
|
Metastase
dalam organ yang multiple
|
Type dan lokasi
Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat
anaplasia dan invasi.
1
|
Efidermoid
Ca
|
Kira-kira
5% neoplasma buli-buli –squamosa cell, anaplastik, invasi yang dalam dan
cepat metastasenya
|
2
|
Adeno Ca
|
Sangat
jarang dan sering muncul pada bekas urachus
|
3
|
Rhabdomyo
sarcoma
|
Sering
terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent), infiltasi, metastase cepat dan
biasanya fatal
|
4
|
Primary
Malignant lymphoma
|
Neurofibroma
dan pheochromacytoma, dapat menimbulkan serangan hipertensi selama kencing
|
5
|
Ca dari
pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mammae
|
Mungkin
mengadakan metastase ke buli-buli, invasi ke buli-buli oleh endometriosis
dapat terjadi
|
Penentuan derajat invasi tumor (stadium) dilakukan
berdasarkan sistem TNM atau penentuan stadium dari Marshall
NO
|
TNM
|
Marshall
|
Uraian
|
1
|
Tis
|
0
|
Karsinoma in situ
|
2
|
Ta
|
0
|
Tumor papilari non-invasif
|
3
|
T1
|
A
|
Invasi submukosa
|
4
|
T2
|
B1
|
Invasi otot superfisial
|
5
|
T3a
|
B2
|
Invasi otot profunda
|
6
|
T3b
|
C
|
Invasi jaringan lemak prevesika
|
7
|
T4
|
D1
|
Invasi ke organ sekitar
|
8
|
N1-3
|
D1
|
Metastasis ke limfonudi regional
|
9
|
M1
|
D2
|
Metastasis hematogen
|
1.3 Etiologi
Menurut Nursalam, 2009
Etiologi yang pasti dari kanker
kandung kemih tidak diketahui. Akan tetapi ada kanker ini memiliki beberapa
faktor resiko:
1. Para pekerja di pabrik kimia
(terutama cat), laboratorium pabrik korek api, tekstil, pabrik kulit, dan
pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan karsinogen (senyawa air
aromatik 2 naftilamin, bensidin, dan 4 aminobifamil).
2. Perokok aktif karena rokok
mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic dan nitrosamine
3. Infeksi saluran kemih
seperti E. Coli dan proteus spp yang
menghasilkan nitrosamine sebagai zat karsinogen
4. Sering mengkonsumsi
kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat, serta pemakaian
obat-obatan siklofosfamid melalui intravesika, fenasetin, opium, dan
antituberkulosis INH dalam jangka waktu lama
1.4 Manifestasi Klinis
1. Kencing campur darah
yang intermittent
2. Merasa panas waktu
kencing
3. Merasa ingin kencing
4. Sering kencing
terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing
5. Nyeri suprapubik yang
konstan
6. Panas badan dan
merasa lemah
7. Nyeri pinggang karena
tekanan saraf
8. Nyeri pada satu sisi
karena hydronephrosis
1.5 Patofisiologi
Karsinoma
kandung kemih yang masih dini merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama
kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot, dan lemak perivesika
yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya.
Tumor
dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen. Penyebaran limfogen menuju
kelenjar limfe, obturator, iliaka eksterna, dan iliaka komunis ; sedangkan
penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru, dan tulang.
1.6 Pemeriksaan
Diagnostik
1. Laboratorium
a. Hb menurun oleh karena kehilangan
darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria
b. Leukositosis bila terjadi infeksi
sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine
2. Pemeriksaan IVP dapat mendeteksi
adanya tumor kandung kemih berupa filling defect/massa tumor , tumor sel transisional yang berada
pada ureter atau pielum, dan adanya hidroureter atau muara ureter.
3. CT scan atau MRI berguna untuk
menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya.
4. USG
5. Sistoskopi dan Biopsi
6. Radiology
7.
Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
8. Systologi
1.7 Penatalaksanaan
1. Chemoterapi
2 Obat-obat
anti kanker :
A.
1.Citral, 5 fluoro urasil
B.
2.Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy
merupakan paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin)
merupakan bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam
Buli-buli sebagai pengobatan topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8
sampai 12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam
Buli-buli selama dua jam.
2. Radioterapy/terapi
sinar
a.
Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada grade
III-IV dan stage B2-C.
b.
Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 Rads.
Penderita dievaluasi selam 2-4 minggu dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks
dan IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi
radiasi tambahan 2000-3000 Rads selam 2-3 minggu.
1.8 Komplikasi
1. Infeksi
sekunder bila tumor mengalami ulserasi
2. Retensi urine
bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
3. Hydronephrosis
oleh karena ureter mengalami oklusi
1.9 Pencegahan
1) Menurut National Academy of Sciences Amerika Serikat
1.
Kurangi kandungan lemak yang dikonsumsi
2.
Lebih baik mengkonsumsi makanan yang mengandung serat
seperti sayur, buah-buahan , dan nasi
3.
Lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kaya
akan beta karoten seperti wortel, bayam, dan buah-buahan yang berwarna jingga
4.
Kurangi kebiasaan merokok dan makanan yang diawetkan,
diasin atau diasap baik daging maupun ikan
5.
Hindari sinar matahari dengan menggunakan topi dan
lotion pelindung matahari
6.
Hindari berganti-ganti pasangan seksual
7.
Hindari minum-minuman alkohol dan obat-obatan
(narkoba)
8.
Deteksi dini kanker dengan beberapa pemeriksaan
9.
Hati-hati terhadap zat kimia yang ada di lingkungan
anda
10.
Minum air secukupnya agar zat racun dapat terbuang
bersamaan dengan urine
1.10 Prognosis
Prognosis
bergantung kepada jenis sel, derajat, keganasan, dan metastasis. Secara klinis
dapat ditemukan dua jenis gambaran, yaitu pertumbuhan superfisial dan yang
bertumbuh invasif dari permulaan. Tumor superfisial yang berdiferensiasi baik
dapat timbul kembali atau muncul papiloma baru. Dengan kewaspadaan konstan,
sistoskopi berkala diperlukan minimal 3 tahun. Tumor baru juga dapat dikontrol
dengan cara transuretral, tapi bila muncul kembali, kemungkinan akan menjadi
lebih invasif dan ganas. Sistektomi dan radioterapi harus dipertimbangkan
kemudian. Secara umum, prognosis tumor buli bergantung pada derajat invasi dan
diferensiasi. Pada tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan
dengan reseksi transuretral. Sistektomi dapat untuk mengatasi 15-25% tumor
Grade 3,4, Stage B2, C dengan persentasi kematian saat operasi sebesar 5-15%.
Radioterapi pada neoplasma ganas dapat mengontrol 15-20% neoplasma selama 5
tahun. Tumor papilari yang tidak menembus hanya berada pada kantung kemih.
Mereka memilki karakteristik untuk tidak bermetastasis kecuali mereka melewati
proses perubahan ganas, menembus lapisan membran dasar dan menembus dinding
kantung kemih. Tumor jenis ini dapat selalu dihancurkan dengan sempurna dengan
fulgurasi, radium ataupun elektroeksisi. Beberapa mungkin menghilang setelah
terapi rontgen dalam atau proses instilasi atas podofilin. Sebuah prognosis
yang bagus dapat diharapkan tercapai hanya setelah pemusnahan menyeluruh dari
lokalisasi tumor sejenis dan kontrol atas kemungkinan datang kembalinya tumor
yang teridentifikasilewat pemeriksaam sistoskopik secara reguler sepanjang sisa
hidup pasien.
ASUHAN KEPERAWATAN KARSINOMA BULI-BULI
Pengkajian
1. Identitas
Meliputi
nama, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
alamat, suku dan bangsa yang digunakan, nomor register, diagnosa medis.
2. Keluhan
utama
Keluhan penderita yang utama adalah
mengeluh kencing darah yang intermitten, merasa panas waktu kencing. Merasa
ingin kencing, sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya
sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa lemah,
nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi karena
hydronephrosis
3. Riwayat
penyakit sekarang.
Bagaimana
serangan itu timbul, lokasi, kualitas dan factor yang mempengaruhi atau
memperberat keluhan sehingga dibawa ke rumah sakit.
4. Riwayat
penyakit dahulu
Yang perlu dikaji pasien pernah
menderita penyakit batu buli – buli sebelumnya dan penyakit yang pernah
diderita pasien.
5. Riwayat
penyakit keluarga.
Dalam pengkajian ini dalam keluarga
ada yang menderita penyakit batu buli – buli atau tidak, ada penyakit menurun
atau menular.
6. Pemeriksaan Fisik
1. (B1) Breath
Pada Inspeksi pernapasan berapa kali dalam satu menit, apa ada
rektraksi otot – otot bantu pernapasan, pada Auskultasi adakah suara nafas tambahan ronchi atau wheezing.
2. (B2) Blood
Hb menurun
oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria, Lukositosis
bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine. Pada auskultrasi didapatkan suara S1 dan S2
tungggal, tidak ada murmur.
3. (B3) Brain
a. Tingkat
kesadaran biasanya compos
mentis
b. Kepala,
leher.
Pada post operasi batu buli – buli
tidak mengalami gangguan
b. Mata.
Pada post operasi batu buli – buli tidak
mengalami gangguan.
c. Telinga,
hidung, mulut dan tenggorokan
Pada post operasi batu buli –
buli tidak mengalami gangguan.
d. Motorik.
Pada pergerakan terjadi pengurangan
aktivitas karena sakitnya (nyeri).
f.
Sensorik
Pada penglihatan tidak terjadi
penurunan tajam penglihatan
4. (B4)
Bladder
Sebelum
operasi mengalami gangguan buang air kecil, kadang – kadang hematuri dan nyeri
waktu buang air kecil. Setelah operasi mengalami gangguan miksi spontan karena
terpasang Dower Kateter.
5. (B5) Bowel
Biasanya
tidak mengalami gangguan buang air besar.
6. (B6) Bone
Adanya
keterbatasan aktivitas akibat nyeri yang timbul dan tidak mengalami gangguan
ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah.
7. Riwayat
psikologis.
Dalam hal
ini yang perlu dikaji adalah tanggapan pasien mengenai penyakitnya stelah
dilakukan operasi dan bagaimana hubungan pasien dengan orang lain serta
semangat dan keyakinan pasien untuk sembuh.
8 . Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak
warna kencing campur darah, pemebesaran suprapubic bila tumor sudah besar.
Palpasi, teraba
tumor /msasa) suprapubic, pemeriksaan bimanual teraba tumor pada dasar
buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT.
Diagnosa
Keperawatan
1. Hipertermi b/d proses
inflamasi
2.
Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi),
efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit
tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan
3.
Perubahan eliminasi urine b/d iritasi ginjal, ureter,
kandung kemih, obstruksi mekanik dan peradangan ditandai dengan retensi urine
4.
Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak
normal (vomiting, diare)
5.
Resiko
tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi
6.
Gangguan
nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang
berhubungan dengan kanker, konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan
(anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress,
fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan
intake tidak adekuat
7.
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan atau kulit berhubungan
dengan efek radiasi dan kemoterapi
8.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemoterapi/radiasi), malnutrisi, prosedur
invasif
9.
Keletihan
berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan
energi (status hipermetabolik)
10. Cemas /
takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio
ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan
dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan,
mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat
kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik
11. Kurangnya pengetahuan
tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering
bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam
mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Intervensi Keperawatan
1. Hipertermi b/d proses inflamasi
Tujuan : Setelah
diberikan intervensi selama 1x24 jam
suhu tubuh kembali normal.
Kriteria
Hasil :
1.
Suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C
2.
Wajah tidak tampak kemerahan
3. Pasien tidak
mengalami dehidrasi lebih lanjut
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a. Berikan kompres mandi hangat; hindari
penggunaan alcohol
b. Anjurkan klien untuk menggunakan baju yang
tipis.
c. Anjurkan klien untuk minum yang banyak
d. Berikan antiperitik, misalnya ASA (aspirin),
asetaminofen (Tylenol).
e. Pantau
suhu pasien misalnya setiap 2 jam ( derajat dan pola); perhatikan mengigil/
diaforesis
f. Pantau suhu lingkungan, batasi/
tambahkan klien tempat tidur, sesuai indikasi.
|
Dapat membantu mengurangi demam. Catatan : Penggunaan air es/alcohol
mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Selain itu,
alcohol dapat mengeringkan kulit.
Pengeluaran panas secara evaporasi
Memperbaiki kehilangan
cairan akibat febris dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
Digunakan
untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus,
Suhu 38,9o
– 41.1oC menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
Suhu ruangan /jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal
|
2. Nyeri
(akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf,
infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek
samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit
tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan : Setelah
diberikan intervensi selama 1x24 jam rasa nyeri berkurang
Kriteria
Hasil :
1. Klien mampu mengontrol rasa nyeri
melalui aktivitas
2. Klien mengatakan nyeri berkurang
3. Klien dapat mendemontrasikan
tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin.
4. Skala nyeri 3
5. Tanda tanda vital normal (TD : 120/80 mmHG, S : 36,50C-37,50C,
RR : 16-24 x/menit, N : 60-100 x/menit)
6. Wajah pasien tidak meringis atau
rileks
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
·
Catat skala nyeri dan tanda-tanda vital
·
Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas
menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
·
Anjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi,
visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik
.
·
Berikan analgetik sesuai indikasi
e. Pantau tanda-tanda vital setiap
2 atau 4 jam
|
·
Untuk mengetahui tingkat skala nyeri dan kondisi
klien
·
Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan
perhatian klien dari rasa nyeri.
Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas.
·
Untuk mengurangi rasa nyeri
·
Untuk mengetahui kondisi klien
|
3. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan ditandai dengan oliguria.
Tujuan : Setelah
diberikan intervensi selama 3x24 jam pola eliminasi klien kembali normal
Kriteria Hasil :
1. Berkemih dengan jumlah
normal (1200-1500 ml/hari (dewasa), 300-1500 ml/hari (anak) dan pola biasanya
2. Tidak mengalami
tanda obstruksi (penyumbatan)
3. Input dan output
cairan tubuh dalam batas normal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Awasi asupan dan haluaran, karakteristik urine,
·
Dorong peningkatan asupan cairan.
·
Observasi perubahan status mental, perilaku atau
tingkat kesadaran.
·
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin)
·
Pertahankan patensi kateter tak menetap (uereteral,
uretral atau nefrostomi).
·
Berikan obat sesuai indikasi:
Antibiotika
Obat-obatan anti kanker
·
Pantau
ulang input dan output klien setiap 1 jam sekali
|
·
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan
adanya komplikasi.
Peningkatan cairan dapat membilas bakteri, darah,
·
Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan
elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.
·
Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit menunjukkan
disfungsi ginjal
·
Mungkin diperlukan untuk membantu kelancaran aliran
urine.
·
Mungkin diperlukan bila ada ISK
·
Untuk mengetahui perubahan yang terjadi dari input
dan output klien dan mengetahui perkembangan kondisi klien
|
4. Resiko tinggi kurangnya volume
cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare),
hipermetabolik, kurangnya intake
Tujuan : Setelah
diberikan intervensi selama 3x24 jam
cairan klien terpenuhi
Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan
keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda – tanda vital stabil dan
berat badan dalam rentang normal, nadi perifer normal, membran mukosa lembab,
dan turgor kulit baik.
2. Input dan output
cairan tubuh dalam batas normal
3. Tanda tanda
vital normal (TD : 120/80 mmHG, S :
36,50C-37,50C, RR : 16-24 x/menit, N : 60-100 x/menit)
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Awasi asupan dan haluaran urine
·
Anjurkan intake cairan 7-8 gelas per hari sesuai
kebutuhan individu.
·
Timbang berat badan setiap hari
·
Berikan cairan IV bila diperlukan.
·
Berikan therapy antiemetik.
·
Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin
·
Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral,
capilarry refil.
|
·
Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan ginjal.
·
Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
·
Untuk mengetahu berat badan klien
·
Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
·
Mencegah/menghilangkan mual muntah.
·
Mengetahui perubahan yang terjadi.
·
Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan
adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan
dehidrasi.
|
5. Resiko tinggi terhadap perubahan
membran mukosa oral berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
Tujuan : Setelah
diberikan intervensi selama 3x24 jam membran mukosa oral membaik
Kriteria
Hasil :
1.
Membran mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan
ulcerasi
2.
Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.
3.
Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan rongga
mulut.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Ajarkan klien
tentang metode pemeliharan oral hygine.
·
Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari
makanan panas, pedas, asam, hindarkan makanan yang keras.
·
Amati dan jelaskan pada klien tentang tanda
superinfeksi oral.
·
Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi.
·
Berikan obat sesuai indikasi, analgetik, topikal
lidocaine, antimikrobial mouthwash
·
Kultur lesi oral.
|
·
Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut
dan gigi.
·
Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lanjut pada
membran mukosa.
·
Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila
ada tanda-tanda tersebut.
·
Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi.
·
Tindakan/terapi yang dapat menghilangkan nyeri,
menangani infeksi dalam rongga mulut/infeksi sistemik.
·
Untuk mengetahui jenis kuman sehingga dapat
diberikan terapi antibiotik yang tepat.
|
6. Gangguan
nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang
berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan
(anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress,
fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan
intake tidak adekuat
Tujuan : Setelah
diberikan intervensi selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria
Hasil :
1. Klien
menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda
malnutrisi
2. Klien
mengerti terhadap perlunya intake yang adekuat
3. Klien
berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Pantau persentase jumlah makanan yang dikonsumsi
setiap kali makan, timbang BB tiap hari, catat hasil pemerikasaan protein
total, albumin, osmolalitas.
·
Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk
klien.
·
Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau
bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.
·
Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya
makan bersama teman atau keluarga.
·
Amati studi laboraturium seperti total limposit,
serum transferin dan albumin
·
Berikan pengobatan sesuai indikasi seperti :
Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids,
vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida
·
Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan
secara enteral, imbangi dengan infus.
·
Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien
makan sesuai dengan kebutuhannya.
·
Timbang dan ukur berat badan, serta amati penurunan
berat badan.
|
·
Mengidentifikasi
kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan
·
Kalori merupakan sumber energi.
·
Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia
yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya
yang dapat meningkatkan ansietas.
·
Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
·
Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan
nutrisi sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap
klien.
·
Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping
dan meningkatkan status kesehatan klien.
·
Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil
yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan.
·
Memberikan informasi tentang status gizi klien.
·
Memberikan informasi tentang penambahan dan
penurunan berat badan klien.
|
7. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan atau
kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi
Tujuan : Setelah
diberikan intervensi selama 3x24 jam integritas jaringan membaik
Kriteria Hasil :
1.
Keadaan luka membaik
2.
Terjadi peningkatan penyembuhan luka yang cepat
3.
Tidak ada tanda-tanda komplikasi lebih lanjut
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping
terapi kanker; perhatikan kerusakan / perlambatan penyembuhan luka.
·
Ubah posisi dengan sering
·
Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun,
salep dan bedak kecuali diizinkan oleh dokter.
· Berikan salep topikal misalnya, sulfadiazin perak (Silvadene ) dengan tepat |
·
Efek kemerahan dan/atau kulit samak (reaksi radiasi)
dapat terjadi dalam area radiasi. Ulserasi, heilangan rambut, kehilangan
dermis, ada reaksi alergi dapat terjadi pada beberapa agen kemoterapi.
· Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/jaringan yang tidak perlu · Dapat meningkatkan iritasi/reaksi secara nyata
·
Mungkin digunakan untuk mencegah infeksi/memudahkan
penyembuhan bila terjadi luka bakar kimia (ekstravasasi)
|
8.Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek
kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama
3x24 jam meminimalkan terjadinya proses penyebaran infeksi
Kriteria
Hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan
berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi
2. Tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal
3. Tanda tanda vital normal (TD :
120/80 mmHG, S : 36,50C-37,50C, RR : 16-24 x/menit, N : 60-100 x/menit)
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung
juga dianjurkan melakukan hal yang sama
· Jaga personal hygine klien dengan baik · Monitor temperatur
·
Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi
·
Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik
prosedur
·
Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets
·
Berikan antibiotik bila diindikasikan
·
Pantau ulang temperatur
·
Pantau CBC, WBC, granulosit, platelets
|
·
Mencegah terjadinya infeksi
·
Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup
· Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi
·
Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi
·
Mencegah terjadinya infeksi
·
Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi
·
Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang
diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi
·
Untuk mengetahui kondisi mengenai temperatur klien
yang terbaru
·
Mengetahui sekaligus memantau kondisi klien
|
9. Keletihan berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan energi (status
hipermetabolik)
Tujuan : Setelah
diberikan intervensi selama 3x24 jam klien tidak mengalami keletihan
Kriteria
Hasil :
1.
Klien melaporkan adanya perbaikan rasa berenergi
2.
Klien dapat melakukan aktivitas yang diinginkan sesuai toleransi atau kemampuan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode
istirahat. Libatkan orang terdekat dalam jadwal perencanaan
·
Dorong pasien untuk melakukan apa saja yang mungkin
misalnya mandi duduk, bangun dari kursi, berjalan. Tingkatkan aktivitas
sesuai kemampuan
·
Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas misalnya
perubahan pada TD atau frekuensi jantung/pernapasan
· Dorong masukan nutrisi
·
Kolaborasi dalam pemberian O2 suplemen sesuai
indikasi
·
Rujuk pada
terapi fisik/okupasi
|
·
Periode istirahat sering diperlukan untuk
memperbaiki/menghemat energi.
· Meningkatkan kekuatan/stamina dan kemampuan pasien menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti
·
Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap
proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan, dan reaksi terhadap
aturan terapeutik
· Masukan/penggunaan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energi untuk aktivitas · Adanya anemia/hipoksemia menurunkan ketersediaan O2 untuk ambilan selular dan memperberat keletihan
·
Latihan yang terprogram setiap hari dan aktivitas
membantu pasien mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan tonus otot,
meningkatkan rasa sejahtera. Penggunaan alat adaptasi dapat membantu
menghemat energi.
|
10. Cemas / takut berhubungan dengan
situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi,
bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan
peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan
tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan : Setelah
diberikan intervensi selama 3x24 jam pasien dapat mendemonstrasikan
hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program
pengobatan
Kriteria Hasil :
1.
Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
2.
Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
3.
Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
·
Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan
rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan
ekspresi yang sesuai.
· Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan. · Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
·
Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan
support system.
·
Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
·
Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan
sentuhlah dengan wajar.
·
Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap
penyakit yang dideritanya.
|
·
Pemberian informasi dapat membantu klien dalam
memahami proses penyakitnya.
· Dapat menurunkan kecemasan klien.
·
Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk
pengobatan dan efek sampingnya.
·
Mengetahui dan menggali pola koping klien serta
mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam
mengatasi kecemasan.
· Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
·
Memberikan kesempatan pada klien untuk
berpikir/merenung/istirahat.
·
Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan
bahwa dia benar-benar ditolong.
·
h. Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya
akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
|
11. Kurangnya
pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan
sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat
dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan : Setelah
diberikan intervensi selama 3x24 jam klien dan
keluarga paham tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1.
Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada
ting-katan siap.
2.
Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti
prosedur tersebut.
3.
Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam
pengo- batan.
4.
Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab
pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
·
Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum
mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada
klien.
·
Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal
dan mengkoreksi tentang penyakitnya.
·
Review klien /keluarga tentang pentingnya status
nutrisi yang optimal.
·
Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa
mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
·
Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan
rambut.
·
Review pengertian klien dan keluarga tentang
diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
·
Tentukan persepsi klien tentang kanker dan
pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang
menderita kanker.
|
·
Membantu klien dalam memahami proses penyakit.
·
Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan
pengobatan.
·
Mengetahui sampai sejauh mana pemahaman klien dan
keluarga mengenai penyakit klien.
·
Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai
nutrisi yang adekuat.
·
Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan
tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat
mempengaruhi intake makanan dan minuman.
· Meningkatkan integritas kulit dan kepala. · Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien. · Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian. |
DAFTAR
PUSTAKA
Basuki. 2012. Dasar-dasar urologi. Malang : Sagung Seto
Smeltzer. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Nursalam, 2009. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan. Jakarta
: Salemba Medika
Hadijah. 2011. Vesika urinaria. http://hadijah arsyad.blogspot.com/2011/11/vesika-urinaria.html.
Diakses pada tanggal 15 Mei 2015 pada
pukul 17:45 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar