ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN COLIC ABDOMEN
Untuk
melengkapi tugas Keperawatan Kritis
Dosen :
Pariyem S.kep,Ns
Nama
Kelompok :
Deby
Arjian
Dyah
Yohana
Tyas
Saputri
Mega Hari
Yudho
Wahyu
Safitri
Retno
Supriyanti
|
AKADEMI
KEPERAWATAN PEMKAB NGAWI
T.A
2015/2016
1. DEFINISI
Colic Abdomen adalah rasa
nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber dari organ yang
terdapat dalam abdomen (perut). Hal yang mendasari hal ini adalah infeksi pada
organ di dalam perut (mencret, radang kandung empedu, radang kandung kemih),
sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu ginjal). Pengobatan yang diberikan
adalah penghilangan rasa sakit dan penyebab utama dari organ yang terlibat.
Bila infeksi dari kandung kemih atau kandung empedu maka pemberian antibiotik,
bila ada batu di kandung empedu maka operasi untuk angkat kandung empedu.
Batu saluran kencing merupakan penyakit yang sering terjadi, yang menimbulkan rasa sakit hebat dan dapat berakibat kegagalan fungsi ginjal apabila tidak mendapat penanganan secara cepat dan tuntas.
Batu saluran kencing merupakan penyakit yang sering terjadi, yang menimbulkan rasa sakit hebat dan dapat berakibat kegagalan fungsi ginjal apabila tidak mendapat penanganan secara cepat dan tuntas.
2. ETIOLOGI
Mekanis
a). Adhesi / perlengketan pascah bedah ( 90% dari obstruksi mekanik )
b). Karsinoma
c). Volvulus
d). Intususepsi
e). Obstifasi
f). Polip
g). Striktur
a). Adhesi / perlengketan pascah bedah ( 90% dari obstruksi mekanik )
b). Karsinoma
c). Volvulus
d). Intususepsi
e). Obstifasi
f). Polip
g). Striktur
Fungsional ( non mekanik )
a). Ileus Paralitik
b). Lesi medula spinalis
c). Enteritis regional
d). Ketidakseimbangan elektrolit
e). Uremia
a). Ileus Paralitik
b). Lesi medula spinalis
c). Enteritis regional
d). Ketidakseimbangan elektrolit
e). Uremia
3. KLASIFIKASI
Pada umumnya batu empedu dapat dibagi menjadi 3
tipe, yaitu :
- Tipe kolesterol.
- Tipe pigmen empedu.
- Tipe campuran.
Batu kolesterol terjadi akibat
gangguan hati yang mengekskresikan kolesterol berlebihan hingga kadarnya diatas
nilai kritis ke larutan kolesterol dalam empedu.
Tipe pigmen biasanya akibat proses hemolitik atau investasi E. Coli ke dalam empedu yang dapat mengubah bilirubin diglukuronida menjadi bilirubin bebas yang mungkin dapat menjadi Kristal kalsium bilirubin.
Tipe pigmen biasanya akibat proses hemolitik atau investasi E. Coli ke dalam empedu yang dapat mengubah bilirubin diglukuronida menjadi bilirubin bebas yang mungkin dapat menjadi Kristal kalsium bilirubin.
4. PATOFISIOLOGI
Colic
abdome adalah gangguan pada aliran normal usus seoanjang traktus intestinal.
Rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber dari organ yang
terdapat dalam abdomen. Hal yang mendasari adalah infeksi dalam organ perut
(diare, radang kandung empedu, radang kandung kemih). Sumbatan dari organ perut
(batu empedu, batu ginjal). Akut abdomen yaitu suatu kegawatan abdomen yang
dapat terjadi karena masalah nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan
berlangsung kurang daari 24 jam. Colic abdomen terkait pada nyeri perut serta
gejala seperti muntah, konstipasi, diare, dan gejala gastrointestinal yang
spesifik. Pada kolik abdomen nyeri dapat berasal dari organ dalam abdomen,
termasuk nyeri viseral. Dari otot lapisan dinding perut. Lokasi nyeri perut
abdomen biasanya mengarah pada lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri
tersebut. Walupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan perjalanan dari
tempat lain. Oleh karena itu, nyeri yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari
nyeri tersebut atau sekunder dari tempat lain.
5. MANIFESTASI KLINIS
1. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal,
peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus
minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjad muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri
abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi
sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat.
Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal,
peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus
minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjad muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri
abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi
sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat.
Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar x
abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid
yang tertutup.
3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; peningkatan hitung
4. SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase
karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
5. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.
2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid
yang tertutup.
3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; peningkatan hitung
4. SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase
karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
5. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.
7. KOMPLIKASI
Gangren
Gangren adalah borok yang disebabkan karena kematian sel/jaringan. Gangren
kandung
empedu, saluran empedu dan pankreas diawali oleh infeksi pada organ-organ tersebut.
empedu, saluran empedu dan pankreas diawali oleh infeksi pada organ-organ tersebut.
Sepsis
Sepsis adalah menyebarnya agen infeksi (misalnya bakteri) ke seluruh tubuh
melalui
peredaran darah. Sepsis berat dapat menimbulkan syok, dimana tekanan darah turun.
peredaran darah. Sepsis berat dapat menimbulkan syok, dimana tekanan darah turun.
Fistula
Fistula adalah saluran abnormal yang terbentuk antara dua organ. Batu
empedu mengerosi
dinding kandung empedu atau salurang empedu, menimbulkan saluran baru ke lambung,
usus dan rongga perut.
dinding kandung empedu atau salurang empedu, menimbulkan saluran baru ke lambung,
usus dan rongga perut.
Peritonitis
Peritonitis adalah radang rongga perut, disebabkan karena rongga perut yang
steril
terkontaminasi oleh cairan empedu melalui suatu fistula ke rongga perut.
Ileus
Ilues dapat terjadi karena batu menyumbat isi usus. Dapat terjadi bila batu
berukuran cukup besar.
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit
2. Terapi Na+, K+, komponen darah
3. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
4. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
5. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan
selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.
6. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
7. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus
paralitik atau infeksi.
8. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
9. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
10. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus dengan
reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
2. Terapi Na+, K+, komponen darah
3. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
4. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
5. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan
selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.
6. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
7. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus
paralitik atau infeksi.
8. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
9. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
10. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus dengan
reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1) Gangguan
rasa nyaman nyeri b/d proses penyakit ditandai dengan nyeri perut , ekspresi
wajah penderita berhati – hati dengan abdomen
Tujuan
: setlah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam , diharapkan nyeri berkurang
Kriteria
hasil :
1. Klien
mengatakan nyeri berkurang
2. Ekspresi wajah klien tidak menyeringai
Inervensi
1. Catat
keluhan nyeri termasuk lokasi danlamanya
R/
nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri
sebelumnya untuk membantu diagnosa
2. Observasi
TTV klien
R
/ untuk mengetahui perkembanganklien
3. Kaji
ulang faktor yang meningkatan dan mengrangi nyeri
R
/ membant dalam membuat diagnosa dan membuat terapi
4. Bantu
laukan tekni relaksasi
R
/membantu menurunkan persepsi respon nyeri
5. Kolaorasi
dengan tim medis dalam pemberian teraipi
R
/ membantu proses penyembuhan
2) Ansietas
b/d kesehatan ditandai dengan klien erlihat gelisah
Tujuan
: setlah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam ,diharapkan klien tidak cemas
lagi
Kriteria
hasil :
1. Klien
rileks
2. Klien
tidak gelisah
3. Menunjukan
pemecahan masalah
Intervensi
1. Awasi
respon fisiologis seperti takipnue
R
/ dapat menjadi indikasi derajat akut yang di alami pasien tetepai juga dapat
berhubungan dengan kondisi fisikpasien
2. Catat
petunjuk perilaku seperti gelisah kurang
kontak mata
R
/ indikator derajat angkut
3. Berikan
pernyataan takut dan ansietas , berikan umpan balik
R
/ membantu pasienmenerimapeasaaan dan memberikan kesempatan untuk memperjelas
kesalahan konsep
4. Berikan
pengetahuan pda keluarga klien
R
/ membantu menunjukan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi seorang diri
5. Kolaborasi
tim medis pemberian terapi
R
/untuk mempecepatt penyembuhan dan memberikan rasa tenang pada klien
3) Resiko
gangguan pemenuhan nutrisi b/d anoreksia di tandai dengan mual , muntah, dan
nyeri perut
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan
2x24 jam ,diharapkan klien tidak nyeri perut dan nutrisi klien terpnuhi
Kriteria
hasil :
1. Klien
tidak merasa mual dan tidak ingin muntah
2. Kien
toleran terhadap makanannya
Intervensi
1. Kaji
dan observasi TTV klien
R
/ mengetahui perkembangan kien
2. Anjurkan
klien makan seikit tapi sering
R
/agar isi lambung tidak kosong atau memperbaiki kondisi pencernaan klien
3. Kolaboorasi
dengan ti gizi dalampemberian diit
R
/ melakukan fungsi independen perawat
DAFTAR
PUSTAKA
- Marllyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, 2000
- Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta : EGC; 2001
- Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar