Rabu, 01 Oktober 2014

Askep Diare

TUGAS
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
“DIARE”
NAMA KELOMPOK
        Adika candri
        Ayu dianita
        Dyah yohana
        Deby arjian
        Rony bayu aji
        Sis rahayu
        Puput s
        M ambarmansyah
        Yudho wahyu
PEMBIMBING : Siti Maimunah,Skep.Ners
Akademi Keperawatan Pemkab.Ngawi
T.A 2013/2014
BAB 1

PENDAHULUAN
Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, dan masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare tersebut.
Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara. Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates. Sampai saat ini, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia
Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare adalah dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare (Depkes RI, 1998).  Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.
Tentang penatalaksanaan dan pencegahan diare, peran orang tua yang paling penting. Tingkat pengetahuan orang tua tentang diare pada balita sangat berpengaruh terhadap penatalaksanan dan pencegahan terhadap diare itu sendiri. Pengetahuan orang tua dengan kejadian diare pada balita dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti media masa, penyuluhan yang dilakukan tim kesehatan, lingkungan maupun dari berbagai sumber lainnya. Selama ini persepsi yang sering muncul di masyarakat tentang diare adalah karena proses pembuangan zat-zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan tidak memerlukan penanganan karena akan sembuh dengan sendirinya. Atau mungkin juga muncul persepsi jika balita tidak kunjung sembuh dari diare, maka orientasi ibu selalu menginginkan anaknya segera dapat buang air secara normal saran tanpa memperhitungkan akibat buruk dari obat diare yang tidak sesuai penggunaannya.
BAB 11
2.1 Pengertian
      Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
      Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan lama diare,diare dibedakan menjadi :
1.Diare akut
Diare ini disebabkan oleh Infeksi,keracunan,obat-obatan,faktor psikis &Mikroorganisme
2.diare kronis
Diare ini didasari oleh peyakit penyakit non efektif pada saluran cerna seperti penyakit kolon inflamatorik,IBS(irritable bowel Sindrome) panrceatitis,kanker usus besar
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
       a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
      b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
         2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
              Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis
2.5 PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

3. Hipoglikemia
            Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
     Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang    bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi
            Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) Ph dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
2.7 Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
2.8 Penatalaksanaan
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
• 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
• 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
• 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
• 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
   - Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
• Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
• Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %)
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
2.9 Analisa Data
No.
Data
Etiologi
Problem
1.
DS  DS: ibu klien mengatakan anak nya BAB lebih dari 5 x dengan kosentrasi tinja cair dan berbau busuk.
DO :
·       klien terlihat lemah       
·       Mata klien tampak cekung
·       Tugor klien kurang baik
Pengelura cairan yang berlebihan
ganguan keseimbang cairan dan elektrolit
2.
DS  DS:Ibu klien mengatakan anaknya nasih sering muntah dan kurang makan.
DO :  DO: klien tidak mengahabis porsi makanan yang disediakan
Muntah
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3.
DS  : Ibu klien mengatakan badan       anaknya panas38 C
DO : -Suhu tubuh
-Klien tampak meringis kesakitan.
Preningkatan suhu tubuh
Gangguan rasa nyaman
Diagnosa Keperawatan
     1.  gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubung dengan pengeluaran yang berlebihan
2.  perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah         
3. gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh akibat diare
 Intervensi Keperawatan
No.
Dx. keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
Dx 1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, terjadi pengurangan cairan yang berlebihan dengan KH:
Klien BAB berkurang dengan konsentrasi 1-2 kali sehari.
- Klien tampak sehat
- Tanda-tanda vital
     S        : 38oC
      N      : 120 x/menit
      RR    : 30 x/menit
1. observasi tanda-tanda vital suhu, nadi dan pernapasan
2. anjurkan pada klien untuk tetap mengatur waktu makan.
3.Kaji tingkat cairan dan elektrolit
1.Mengetahui keadaaan umum klien
2.Untuk mengetahiu klien kurang nutrisi atau tidak
3.untuk mengetahui berapa banyak kekrangan caiaran
2.
Dx 2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, klien mau makan dengan KH:
Menu yang di sediakan telah habis di makan
1. Kaji status pasien
Dan faktor-faktor penyebab kurangnya intrake nutris kleni.
2. Anjurn pada klien, untuk makan dalam porsi kecil taapi sering.
3. Hindari makanan yang keras dan makanan yang banyak mengandung lemak.
1. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari keadaan pasien.
2.Mencegah peransangan yang mendadak pada lambung.
3.Untuk mrnghindarkan instansi  pada daerah pencernaan
3.
Dx 3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, menunjukan penurunan suhu tubuh dengan KH:
- suhu tubuh 37 C kembali normal
- ibu klien badan anaknya tidak panas lagi
1. memberi kompres panas pada klien
2. observasi timbulnya nyeri
3. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antipiretik.
1.menurunkan suhu tubuh klien
2.seberapa jauh nyeri menentukana  etiologi dan manifestasi terjadinya komplikasi
3.untuk mengurangi tubuh klien dari demam menjadi normal
Implementasi Keperawatan
1
Dx I
Dx II
Dx III
S  : Ibu klien mengatakan BAB anaknya sudah tidak lagi cair seperti kemarin
O : pasien tampak sedikit segar
A : Masalah sudahteratasi.
P  : Hentikan intervensi.
S: Ibu Klien mengatakan anaknya sudah bisa mebnghabiskian porsi yang di sediakan.
O : klien menghabiskan porsi makanan yang disediakan
A : Masalah sudah teratasi.
P  : Hentikan  intervensi
Suhu tubuh klien sudah turun
A: masalah terasi
P: hentikan intervensi
S  :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar